anatomi kura-kura
Reptilia memiliki bebeerapa adaptasi untuk kehidupan darat yang umumnya tidak dimiliki oleh amphibia. Sisik yang mengandung protein keratin membuat kulit reptilia kedap air, sehingga membantu mencegah dehidrasi di udara kering. Kulit berkeratin merupakan analog hewan vertebrata dari kutikula berkitin pada serangga dan kutikula berlilin pada tumbuhan darat. Karena reptilia tidak dapat bernafas melalui kulit yang kering, maka sebagian besar reptilia mendapatkan semua kebutuhan oksigennya melalui paru-paru. Banyak kura-kura juga menggunakan permukaan lembab pada kloakanya untuk pertukaran gas.
seekor reptil yang sedang berusaha keluar dari telurnya
Sebagian besar reptilia menghasilkan telur amniotik bercangkang. Fertilisasi pada reptilia terus terjadi secara internal, sebelum cangkang disekresikan melalui saluran reproduksi betina. Beberapa spesies ular dan kadal adalah hewan vivipar, membran ekstraembrioniknya membentuk plasenta yang memungkinkan embio mendapatkan nutrien dari induknya.
Reptilia kadang-kadang diberi nama sebagai hewan “berdarah dingin” karena mereka tidak menggunakan metabolismenya secara luas untuk mengontrol suhu tubuh. Akan tetapi, reptilia mengatur suhu tubuhnya menggunakan adaptasi perilaku. Sebagai contoh, banyak kadal mengatur suhu internalnya dengan berjemur di bawah terik matahari ketika udara sejuk dan mencari tempat teduh ketika udara terlalu panas. Karena mereka menyerap panas eksternal dan tidak menghasilkannya sendiri, reptilia juga dikatakan sebagai hewan ektoterm (ectotherm), suatu istilah yang lebih tepat dibandingkan dengan berdarah dingin. Dengan langsung memanaskan diri dengan energi matahari bukan dengan cara perombakan makanan secara metabolis, seekor reptilia dapat bertahan hidup dengan asupan kalori kengan dari 10% kalori yang dibutuhkan oleh seekor mamalia dengan ukuran tubuh yang sama.
0 komentar:
Posting Komentar